Kumpulan Puisi Cinta Tanah Air Terbaru akan menjadi pembahasan kita pada kesempatan kali ini dalam rubrik news Puisi Cinta Tanah Air.
Potret Negeri
Aku berdiri menatap langit bangsaku…biru, abu-abu…lalu menghitam
Lukisan indah alam negeri berubah menjadi pemandangan penuh haru
Di setiap sudut bumi pertiwi menangis…sedu sedan..
Perut membuncit, raga hanya belulang yang sesaat lagi akan patah
Ibu pertiwi…aku tak pernah lagi melihat senyummu
Tak jua kembali aku mendengar petuah-petuahmu
Yang ada kini kau membisu diantara keluh kesah anak negeri
Semakin hari semakin membuatmu nelangsa
Tanah airku tak lagi punya belantara, laut melepas, atau gunung menjulang
Panas, datar, bah, api, kerontang, hitam mengabu, semuanya kini jadi warnamu
Menangisku hampir membakar pelupuk mata…sendu…pilu…
Sementara sanubariku terpekur, tak sanggup menatap dunia
Ibu pertiwi tiba-tiba menamparku, berkali-kali, bertubi-tubi !
Sakit, perih, tapi aku merasakan kasih yang selama ini hilang ditelan kesombongan
Mataku terbelalak saat hutanku terbakar, lautku tercemar, dan gunungku meletus
Bah menelan tempat tinggal kami, asap membumbung menyesakkan dada
Rasanya tak ada lagi waktu untukku terisak kembali
Menatap negeri tercinta dalam lahat kehancuran
Indonesia, aku tak ingin kehilangan tanah kelahiranku
Tanah yang akan dan selamanya menjadi tumpah darahku
Kurajut asa lukisan negeri ini hanya sepintas lalu…
Berlalu..berlalu..dan berganti potret abadi bersama Indonesia sejati
Biarlah nanti lukisan pedih tanah air terbingkai dalam kenangan
Karena cinta akan membawa kedamaian dan kebaikan
Kapanpun…dimanapun…siapapun…dan selamanya…
Aek Nabara, 2008
#
By hasti dwi nugrahani on Apr 8, 2008 | Reply
warnanya biru
langit luas dalam cengkraman awan gelap
warnanya biru
lautan dan ombak yang tak pernah mesra
warnanya hitam
tanah gersang dan batang pohon yang berderak rapuh
warnanya hitam
luapan lumpur rawa yang menghisap pepohonan
negeri ini tak indah lagi
tanah ini tak hangat lagi
jiwa
By Febry abrar on Apr 10, 2008 | Reply
Satu Buat Ibu Pertiwi
Negri Langit Biru
Dalam dongeng Ibuku…
Tentang Tanah harum
Di Ujung Pulau
Yang Kehilangan Bapa
Sunyinya nyanyian
Anak-anak seribu pulau
Rataplah….
Senyum-senyum awan
Yang Hampir Pudar
Bunga-bunga indah
Yang Berguguran
Hilangnya Buaian-buaian angin
Yang Lembut
Tentang benang-benang
Yang kusut
Kaca-kaca yang retak
Dalam keluh kesahnya
Dekaplah…
Seribu pulau yang sedang piatu
Taburkan Bunga-bunga
Yang Kembali Mekar
Rentangkan benang-benang yang kusut
Satukan kaca-kaca yang retak
Dalam Satu Ibu
Agar Awan-awan Kembali Tersenyum
Dalam persembahahan
Nyanyian Anak-anak Seribu pulau
Untuk Satu
Ibu Pertiwi.
Febry abrar
Banjarmasin 10 april 2008
#
By zie_noer on Apr 10, 2008 | Reply
antara aku,angin, dan bangsaku
kala itu aku tersindir
oleh desir angin yang mengisyaratkan kegetiran
kalau bukan karena firman tuhan
aku tak akan sudi lagi menari
di atas hamparan mega birumu
tak sudi aku menyaksikan bangsamu
yang dipenuhi darah amarah
diamlah kau angin!
jangan kau salahkan bangsaku
kau hanya bisa mencibir
menyebarkan kejelekan bangsaku kenegeri-negeri tetangga
tidakkah kau ingat di negeri siapakah kau sedang menari
negeriku negeri suci
bangsaku bangsa beradab!
kesucian negerimu hanyalah rekayasa belaka
berapa juta galon darah tertumpahkan di negerimu
atas nama kesucian menurut versi bangsamu
kau kemanakan daftar orang-orang hilang
yang sampai aku serenta ini
tidak ada kabar yang jelas
itupun atas nama keberadaban
menurut versi bangsamu
sindiran itu masih mengabut dalam kalbuku
mengaburkan pandangan cintaku pada ibu pertiwi
akankah kecintaanku pada negeri ini luntur
akankah kidung cinta yang senentiasa kudendangkan pada ibu pertiwi harus terhenti
tak mungkin aku memandang sebelah mata
pada tanah airku yang kucinta
wahai dunia
tunggulah saatnya
ketika bangsaku telah sembuh
mercusuar dunia akan berada dalam tangan kami!
sang angin tersenyum sinis
dianggapnya aku bangsa bedebah yang membual
ia berlalu sambil berkata
semoga tuhan memberimu keberuntungan
ngayogyakarta hadiningrat
segaris dengan puncak merapi
10 April 2008
#
By Ahmad Nur Irsan Finazli on Apr 10, 2008 | Reply
Salam kemerdekaan INDONESIA, MERDEKA, ALLAHU AKBAR…!
#
By zie_noer on Apr 10, 2008 | Reply
surat untuk kawan seperjuangan
‘desaku yang kusinta’
‘pujaan hatiku’
kawan,nyanyian itu masih kuingat betul
beberapa generasi setelah kita sering menembangkannya
nyanyian itu adalah ikrar cinta mereka pada ibu pertiwi
sungguh sayang
mengapa ikrar cinta yang sering mereka nyanyikan
kini tak lagi terdengar
apakah generasi setelahnya tak lagi mengenal
kawan,mungkin aku salah mempermasalahkannya
dunia ini telah berubah
umat manusia sudah terlalu akrab dengan istilah globalisme
tapi, apakah bangsa ini akan mampu hidup hanya dengan globalisme
yang menurutku hanyalah istilah gombal belaka
tidak kawan,globalisme tak akan mampu mencukupi kebutuhan bangsa ini
bangsa ini butuh reinkarnasi bung karno dan bung hatta
kita butuh proklamator handal
bukan provokator yang sering kita saksikan dalam layar kaca
kawan, hati ini sebenarnya menangis
ketika menyaksikan pertikaian bangsa kita sekarang
itukah penghargaan mereka terhadap jutaan kusuma bangsa yang berjuang angkat senjata
kawanku,mungkin sudah bukan waktunya lagi kita mengurusi bangsa ini
sudah banyak peluh mengucur demi sejengkal tanah air kita
berbagai pangkat dan jabatan pernah kita duduki
lebih baik kita duduk tentram bersama anak cucu kita
menyaksikan kedurhakaan penghuni tanah ini
kawanku,walaupun kita pernah berjuang untuk bangsa ini
jangan sakit hati bila saat mati kita disebut pengkhianat
ngayogyakarta hadiningrat
10 april 2008
#
By Fien Prasetyo on Apr 11, 2008 | Reply
Bangun…!!!
Silam tangisku memecah sunyi bumi pertiwi
Jadi hingar diantara bingar terdengar
Seperti menjamu tamu anak negeri
Dielu…dipuja…penuh selaksa harap
Aku masih diam meski jiwa merayu
Masih menggeleng tatkala kawan menyeru
Turun ke jalan…
Satu…dua sahabat masih setia padamu
Yang lain sudah digerogoti kebebasan tak terbatas
Lantang…tegap…katanya bela engkau
Bakar mimpi-mimpi busuk yang terlanjur merasuk
Rasanya tak usah tangisi langit negeri
Tak perlu jua menantang mendung bergemuruh
Karena sudah ada angin yang menghalau
Pelangi terkembang memanjang, usai itu…
Bangun saja dari tidur panjang dengan segepok pintalan mimpi
Malu menelusup karena bangsa ini tak pernah terlelap
Selalu terjaga untuk menjaga
Menguntai bhineka menjadi satu asa
Mematri cinta yang terlanjur dirasa
Jauh dalam jiwa ragawi…tak terbalas…
Aek Nabara, 2008
#
By Iva on Apr 11, 2008 | Reply
Penyakit dan Bangkit
Badannya penuh borok
mukanya penuh jerawat bernanah
kulitnya ditumbuhi bisul beringas
semua menambah bebannya
Hamparan kulit mulus yang dulu ku lihat
hancur tercabik-cabik luka
luka durjana karena bakteri yang memiliki otak pintar
pintar membuat luka di dalam hatinya
Jantung yang tertusuk perasaan marah
namun hanya gempa dan bencana yang dapat membalasnya
walaupun sudah berjuang melepas cinta
dalam tumbuhnya benih-benih pohon harapan
namun yang ada masih saja polusi laknat
untuk kegemukan segelintir kuman penyakit
Biarkan aku menjadi ulat
walaupun menjijikkan namun bisa menjadi kupu-kupu
yang memperindah parasmu
biarkan aku menjadi pohon
yang akan tumbuh kokoh beranak pinak
yang menyembuhkan lukamu
biarkan aku menjadi diriku
yang mencintaimu apa adanya
karena hanya turut menanggung hutang
dari orang yang tidak merasa harus bertanggung jawab
biarkan doaku menyelimutimu
biarkan cintaku membakar semua kelam sejarahmu
sekarang kita akan bangkit bersama
menyongsong hari esok yang cemerlang
yang tiada luka
matilah semua durjana
perusak bangsa, penyakit semesta.
damailah bangsaku, puaslah rakyatku.
#
By Ainun on Apr 11, 2008 | Reply
Indonesiaku………..
Kau Tak Lagi Harum Mewangi
Hutan Mu Tak Lagi Perawan Sejati
Karena Telah Di Jamah Di Kotori Dan Di Perkosa
Oleh Tangan Manusia Yang Tak Bertanggung Jawab
Mereka Tebangi, Mereka Bakar Dan Mereka Curi
Tanahmu Telah Di Nodai
Bumimu Yang Asri Kini Menangis Sedih
Karena Mereka Sudah Di Cemari
Lautmu Nan Indah telah Dikotori
nanti kalau ada lagi bolehkan pak?
#
By makaribi on Apr 11, 2008 | Reply
SURAT BUAT GENERASI BERIKUTNYA.
:Indonesia 11 April 2008
Dalam remang cahaya lampu, kutulis surat untukmu.
Agar setiap kenangan terawetkan dalam tulisan.
1\ : Buat Anakku nanti
jika kau telah mampu membaca tulisan ini
mungkin saat itu kau mulai melawan hari
Aku ingin ceritakan tentang hariku dan negeriku
saat masih pagi dan langit biru
sebiru hati ditengah udara kota bertuba
Kupilih kupilah kenangan yang ada
hingga kuingat saat tumbuh ditanah tercinta
tanah yang hijau dengan langit seluas samuderanya.
aku lahir disebuah pulau
pulau terpadat dari puluhan ribu pulau
tapi yang ingin kuceritakan bukan tentang keindahannya
bukan tentang kekayaan alamnya, bukan pula
tentang ramahtamah penduduknya, bukan pula
tentang kesuburan dan kesejahteraannya
cukuplah kiranya kaudapatkan cerita itu
dari dongeng guru sejarahmu.
2\ : Janganjangan negeri kita telah digadaikan
Hari ini utang kita menumpuk, sudah sangat menumpuk
kuingin tahu darimu saat kau dewasa,
utang itu berkurang atau bertambah berapa ?
aku tak tahu bagaimana sebabnya
negeri yang kaya kekayaan alamnya
bisa miskin begini rupa
seperti tikus mati dilumbung padi.
tidak, aku tidak ingin ceritakan tentang rentenir
yang sering datang kesini
dan suka mencampuri urusan dalam negeri
aku juga tak ingin ceritakan tentang tetangga kita
diseberang samudera, yang menguras kekayaan alam kita
dan hanya meninggalkan sampahnya
dan suka pula mengintimidasi dengan senjata
tidak, aku tidak ingin ceritakan itu semua
aku juga tidak ingin menceritakan pejabat, pegawai
atau temanteman yang suka korupsi dana APBD atau APBN,
ditambah kolusi dan nepotisme disingkat KKN.
aku tak ingin menceritakannya, karena bisabisa aku diseretnya juga
aku ini bukan orang suci atau ulama
jadi jangan paksa aku menghakiminya,
tapi jangan cobacoba jadi koruptor
jika tak ingin gelisah tidurmu, atau ketangkap dan tekor.
tapi tenang jika kau dijebak atau menjebakkan diri dalam korupsi
tidak akan kau dihukum mati, apalagi jika kau bisa negoisasi
itu lebih bagus lagi, kau bisa dibebaskan atau setidaknya diringankan.
ah sudahlah jangan diperpanjang.
3\ : hari ini kita makin susah
aku hanya ingin ceritakan padamu
kemarin ada ibuibu membunuh anakanaknya dan dirinya sendiri
karena kabarnya sudah tak mampu lagi beli nasi.
susah cari kerjaan
maka banyak peminta dijalanjalan
ingin kukasih setiap orang
apa boleh buat, buat makan aja paspasan.
ada juga kisah gadis diperkosa,
banyak yang kira nafsu pemicunya
tapi kukira juga karena nikah mahal biaya
apalagi belum punya kerja
ada lagi cerita, orangorang keluar negeri jadi tenaga kerja
disana mereka disiksa, pulang hanya tinggal nama.
yang paling mengerikan perampokan dengan pembunuhan
tak bisa kubayangkan, dirimu hartaku satusatunya
dirampas dan diperbudak jaman.
· Potret Negeri
Aku berdiri menatap langit bangsaku…biru, abu-abu…lalu menghitam
Lukisan indah alam negeri berubah menjadi pemandangan penuh haru
Di setiap sudut bumi pertiwi menangis…sedu sedan..
Perut membuncit, raga hanya belulang yang sesaat lagi akan patah
Ibu pertiwi…aku tak pernah lagi melihat senyummu
Tak jua kembali aku mendengar petuah-petuahmu
Yang ada kini kau membisu diantara keluh kesah anak negeri
Semakin hari semakin membuatmu nelangsa
Tanah airku tak lagi punya belantara, laut melepas, atau gunung menjulang
Panas, datar, bah, api, kerontang, hitam mengabu, semuanya kini jadi warnamu
Menangisku hampir membakar pelupuk mata…sendu…pilu…
Sementara sanubariku terpekur, tak sanggup menatap dunia
Ibu pertiwi tiba-tiba menamparku, berkali-kali, bertubi-tubi !
Sakit, perih, tapi aku merasakan kasih yang selama ini hilang ditelan kesombongan
Mataku terbelalak saat hutanku terbakar, lautku tercemar, dan gunungku meletus
Bah menelan tempat tinggal kami, asap membumbung menyesakkan dada
Rasanya tak ada lagi waktu untukku terisak kembali
Menatap negeri tercinta dalam lahat kehancuran
Indonesia, aku tak ingin kehilangan tanah kelahiranku
Tanah yang akan dan selamanya menjadi tumpah darahku
Kurajut asa lukisan negeri ini hanya sepintas lalu…
Berlalu..berlalu..dan berganti potret abadi bersama Indonesia sejati
Biarlah nanti lukisan pedih tanah air terbingkai dalam kenangan
Karena cinta akan membawa kedamaian dan kebaikan
Kapanpun…dimanapun…siapapun…dan selamanya…
Aek Nabara, 2008
· By hasti dwi nugrahani on Apr 8, 2008 | Reply
warnanya biru
langit luas dalam cengkraman awan gelap
warnanya biru
lautan dan ombak yang tak pernah mesra
warnanya hitam
tanah gersang dan batang pohon yang berderak rapuh
warnanya hitam
luapan lumpur rawa yang menghisap pepohonan
negeri ini tak indah lagi
tanah ini tak hangat lagi
jiwa
· By hasti dwi nugrahani on Apr 8, 2008 | Reply
Cintaku pada negeri ini
warnanya biru
langit luas dalam cengkraman awan gelap
warnanya biru
lautan dan ombak yang tak pernah mesra
warnanya hitam
tanah gersang dan batang pohon yang berderak rapuh
warnanya hitam
luapan lumpur rawa yang menghisap pepohonan
negeri ini tak indah lagi
tanah ini tak hangat lagi
jiwa jiwa merapuh dalam asa yang senyap
karena rumput dan bunga tak lagi bisa teriak, bernyanyi atau mengeluh
namun kakiku berpijak disini
dan menyirami mimpi dengan air mataku
tanah airku adalah pembangun cinta
dan aku adalah jiwa yang ditumbuhkannya
aku mencintai seluruh tanah yang gersang dan retak
seluruh lautan yang senyap oleh ikan yang berlalu
dan saat airmataku tak lagi mampu menumbuhkan harapan
darahku mengalir disana untuk sebuah asa kehidupan
By paundra on Apr 9, 2008 | Reply
oleh : paundra
judul puisi : * kami pewaris negeri ini *
kami disini…
menatap langit membelah cakrawala tanah air kami
tak apa,
bersandal jepit kami bersekolah
kadang tak beralas ini kaki dengan sepatu model terbaru
melewati tanah basah kaki-kaki kami
dimana tersiram hujan sawah padi menguning
menelusuri ngarai sungai
berlari kami pada tanah pertiwi,hijau menghampar surga hutanku
sesekali menyeka peluh pada wajah
peluh jatuh dari badan karena cinta pada negeri
karena cita-cita tanah air gemilang ada pada puncak jiwa kami
tak gentar kami bila badai hujan menghadang
dimana membasahi baju dan tas terbuat dari anyaman bambu
karena kami tahu membangun tanah air adalah mulia
gunung krakatau menampakan kegagahanya
karang dihantam deburan ombak mengila
tetap kokoh ia berdiri
jiwa semangat ditempa sang guru
agar tak menjadi generasi cengeng
lihat…!
matahari mulai menampakan sinar cahayanya
berlari kita bersama
menuju indonesia bangkit
karena kami pewaris negeri ini.
sidoarjo april* 2008………
· By paundra on Apr 9, 2008 | Reply
NB : berlari kami pada tanah pertiwi,hijau menghampar surga hutan negeri kami ( maaf bukan hutanku..,terimaksih)
· By paundra on Apr 9, 2008 | Reply
oleh: paundra
judul puisi : ” selamat berjuang anak-anak’ku…”
kamu tahu apa itu cinta kepada tanah air?
pegang ini buku dan pena, kau gali ilmu dari jiwa-jiwa para guru-gurumu.agar kau menjadi generasi cerdas
bangsa yang besar tak akan ada !
bila kau berdiam pada kebodohan dirimu
cinta kepada tanah air,tak akan ada dalam jiwamu,
bila kau tak menghargai para jasa pahlawan bangsamu
sekarang sudah tiba waktunya kau tumpahkan semangat dalam jiwa dan ragamu.untuk membangun tanah airmu
sana..! berangkatlah..!
sinsingkan lengan bajumu,
doaku ada dalam dirimu
” selamat berjuang anak-anak’ku…”
sidoarjo april*2008……..
· By Wendie Razif Soetikno, S.Si., MDM on Apr 9, 2008 | Reply
NEGERI YANG TERLUKA
Ibu pertiwi seperti buku yang tergeletak,
lupa tak tersentuh,
dan membiarkan anak negeri berlari dengan senja,
setelah lelah menantang mentari pagi.
Ibu pertiwi seperti Durga yang terbelalak,
melihat tugu yang runtuh,
dan membiaskan rona yang berbusur seroja,
menuju ke pusara yang diguyur doa dan sesaji,
Visit Indonesia, Enjoy Jakarta, Stay with us …..
But what for ???
Mungkin itu saja sob, semoga bermanfaat ya ! ! !